Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah dan rahmah bagi setiap insan, khususnya ummat yang beragama muslim. Di bulan itu, Allah SWT memberikan kesempatan kepada setiap umat manusia untuk membersihkan diri dari berbagai kesalan dengan limpahan pahala dan rahmat.
Bulan yang penuh maqfirah ini tidak disia-siakan oleh umat Islam yang ada di seluruh jagat raya. Siang harinya melakuakan ibadah puasa, tidak hanya menahan haus dan lapar, akan tetapi menjaga tingkah laku atau perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan pahala puasa, di tambah lagi pada malamnya dengan berbagai macam ibadah lainnya.
Sementara itu, dayah/pesantren yang ada di Aceh, juga tidak kalahnya mengaplikasikan perannya dalam bulan Ramadan. Dayah merupakan lembaga pendidikan Islam terkuat di Aceh yang merupan industri untuk memproduksi generasi muda yang Isalami. Sehingga kehadiran dayah di kalangan masyrakat Aceh layaknya sebagai penerang Aceh di akhir zaman ini.
Salah satunya adalah dayah MUDI MESRA Samalanga yang terletak di kabupaten Bireun, dayah ini merupakan dayah yang terbesar di Aceh, yang santrinya mencapai dua ribuan lebih. “Setiap ramadhan MUDI MESRA selalu melaksanakan berbagi kegiatan” ungkap Tgk. Muhammad Kudra, salah satu santri MUDI MESRA yang sekarang menduduki kelas delapan.
Selain melaksanakan ibadah puasa, juga banyak kegiatan-kegiatan keagamaan yang mewarnai dayah dalam menghidupkjan bulan Ramadan. Baik bersifat personal dengan ilahi maupun kegiatan bakti atau aplikasi ilmu kepada masyarakat.
Tgk. Muhammad Kudra misalnya, beliau melaksanakan khalud sebulan penuh dalam bual ramadahan yang bertempat di Dayah. “alhamdulilah saya tealah dapat menyelesaikan khalud Ramadan ini” kata pria kelahiran Nagan Raya itu.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Dayah MUDI MESRA pada Ramadan 1430 H ini terdiri atas lima buah paket acara. Dan kegiatan ini sedah menjadi kegiatan rutinitas setiap tahunnya yang dilaksanakan di Dayah MUDU MESRA.
Peratama, Suloq. Yaitu kegiatan yang dilaksanakn di Dayah. Durasinya bervariasi, bisa sepuluh hari awal. tengah, akhir maupun penuh ketiga puluh harinya. Peserta suloq tidak hanya santri, akan tetapi dibuka untuk umum “siapa saja boleh mengikitinya” imbuh Ahmad Khairan salah seorang santri. Setiap perserta yang mengikutu suluq tidak diperbolehkan untuk mengkonsumnya makanan yang berdarah, seperti daging, ikan dan lainnya. Akantetapi yang boleh dikonsumsi seperti sayuran dan makan lain yang tidak berdarah.
Ibadah suluq ini diisi dengan tawajuh di setiap setelah melaksanakan shalat lima waktu, dan selalu rutin selama mengikutinya. Setiap perserta akan dibimbing oelh seorang khalifah.
Kedua, Khalud; durasi dan peserta sama dengan suluq. Yang membedakannya dari suluq, khaluq boleh mengkonsumsi makanan yang berdarah. Amalan yang dilaksanakan dalam khalud adalah samadiah dan tahlil dalam setaiap waktu. Sementara itu, yang sangat berat untuk dijaga adalah salama mengikuti khalud tidak diperbolehkan untuk berkomunikasi walau sepatah kata pun karana intu merupakan puasa Kalam (menahan diri untuk berbicara). “ternyata saya dapat berpuasa kalam salama satu bulan” kata tgk. Muhammad Kudra yang barusaja menyelasiskan khaludnya dalam bulan Ramadan ini. “disini kita dilatih untuk sabar” tambanya.
Tidak semua orang dapat menyelasaikan Khalud selama penuh satu bulan, akan tetapi karena didasari dengan keyakinan yang penuh untuk beribadat dalam bulan suci Ramadan leleki yang masih terbilang muda itu dapat menyelesaikannya dengan baik. “sudah dua kali saya melaksanakan khalud” kata pria kelahiran 1985 itu. Walau badanya tampak kurus karena setelah sebulan berpuasa lahir dan batin, akan tetapi dia masih menggantung harapan untuk dapaat mengikuti tahun depan.
Ketiga, beuet (mengaji); dilakukan dalam kompleks dayah setelah salat dhuha. begai kitab yang dijadikan referensi serta berbagai hokum diperdebatkan untuk mencari titik tememunya. Lembaran-lebaran kitab tanpa baris itu mereka kaji secara mendalam dengan memadukan seluruh ilmu penunjang untuk untuk melabarkan penjelasan. Puasa bukan menjadi halangan untuk menyantap firman-firman tuhan.
Yang terakhir adalah syafari Ramadan; kegiatan ini diprakasai oleh santri danganpersyaratan minimal telah menduduki kelas lima. Kegiatan iini tergabung dalam aliansi yang mereka sebut HAMAS (Himpunan Mahasiswa dan Santri). Para peserta syfari Ramadan dikirim keseluruh wilayah Aceh. Syafari Ramadan bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah ditiba did ayah kepada masyarakat awam yang masih sengant keterbatasan kognitif dalam bidang keagamaan. Di samping itu juga sebagai ajang latihan para santri untuk mengadaptasi dengan dunia nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan Anda