kala itu
nurnya berseri
tak basi
remember me
memancar bak sang mentari
angin-angin enggan menghampiri
semua mata bertabir tuk memandangi
illa muhrimi
slalu terlindungi,
tertutupi
dari sentuhan noda, bebci, dan
tangan-tangan liar pencuri
suatu ketika
sang pejaka memilikinya
tak hanya cinta,
tak hanya jiwa,
tapi sepenuhnya
ya sepenuhnya
"senang dia", kata mereka yang pernah terpana
namun, ketika sang pejaka mencicipi
tak seperti simbol tabir dulu kala
sang bunga telah pecah dari kuntumnya
wangi pun beranjak darinya
sang pejaka pun murka, kecewa
tlah salah
salah
ya
salah melihat simbol lahir
tak sejalan dengan batin
sang pejaka meneteskan air mata
sambil terucap
"boh peuneundang pilihan hamba"
memang dunia tak mengetahuinya
walau demikian
sang pejaka tetap mencicipinya
meski madu tinggal sisa
29 Maret 2010
Ruang Kuliah RKU 4 Kampus Unsyiah
Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan Anda