Selasa, 23 Februari 2010

Celoteh Liburan di Gampong


Ini kisah saatku pulang ke gampong. Segenap usia kecilku habis di situ. Kurasa ini perlu kau tahu. Drien Tujoh nama gampongku atau lebih karap di sapa dengan Tripa. Drien Tujoh adalah gampong yang bertetanggang dengan gampong Kuala Tripa, Babah Lueng dan Lueng Keubeu Jagat. Secara umum semua gampong di situ lebih dikenal dengan Tripa, karena Tripa adalah kemukiman dari beberapa desa tersebut.


Setelah berakhir final di kampus, aku bertekat sejenak pulang ke gampong. Aku sudah sangat merindukan tanah subur gampongku, teman-teman sebayaku dan yang sangat spesial adalah Mak dengan Yah, juga yang tak terlupakan Tu alias kakek yang kini beliau telah menginjak umur 102 tahun, di usia senjanya, Tu tak sama seperti orang-orang tua lainnya. Badannya masih sangat bugar meski sesekali ia juga sakit. Setiap harinya ia menghabiskan waktu di kebun coklat. Meski anak-anak cucunya melarang, namun ia tetap bersikeras untuk mengahabiskan usia senjanya di kebun coklat.
Hari pertama aku berada di gampong hanya menghabiskan waktu untuk berkunjung ke tempat-tempat saudara , setelah beberapa jam kuhabisakan waktu dengan Yah dan Mak di rumah, aku pun langsung menghidupkan kereta jenis supra x 125 dan melaju kencang ke rumah Tu. Beberapa saat aku menghabiskan waktu di rumah Tu, aku pun beranjak dari situ dan berkunjung ke rumah Abua yang tak jauh rumah Tu serta ke beberapa rumah saudaraku lainnya.
Hari kedua, aku pun memuluskan rencana yang telah kami rancang di Banda Aceh yaitu untuk melaksanakan Training Motivasi di SMA yang ada di seluruh Kecamatan Darul Makmur.
“ho meujak?” tanya Mak sambil meneguk secangkir kopi pagi. “lon lonjak u Alue Bilie Uronyo” jawabku.
Beberapa saat kemudian aku pun lansung berangkat ke Alue Bilie. Tak begitu jauh, dari gampongku ke Alue Bilie hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Maklum sekarang jalannya sudah sangat licin hotmix gitu lho..
Gampongku sekarang sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Kalau dulu jalan di sepanjang gampongku masih dipenuhi bebatuan besar dan tajam serta di tengah jalan ratusan kolam berbaris rapi. Bila diguyur hujan kolam di sepanjang jalan dapat kita pelihara ikan, setelah dalam, airnya pun mengendap sampai berbulan-bulan. Ah… sudah mencerikatakan potret suramnya pula.
Hari itu sesampai aku di Alue Bilie, aku pun memberikan materi ke teman-teman mahasiswa yang telah berkumpul di Gedung Serbaguna Kecamatan itu. Tiga buah materi telahku sampaikan dan kerongkonganku pun sempat mongering sesaat, tapi berhasilku redamkan dengan segelas air mineral. Lelahku hilang seketika ditutupi oleh antusiasme kawan-kawan dalam nengikiti acara dengan tertip dan rapi.

Di akhir pembekalan ada dua orang teman yang mencoba untuk mengacaukan konsep yang telah kami setujui jauh-jauh hari. Tetapi kami tidak mengambil pusing, dengan penuh kerelaan kami melewatkannya dengan begitu saja. Meski akhirnya dia merepet-repet “hana pah materi nyo” ungkapnya emosi sambil memegang lembaran materi yang telah dibagikan panitia.
bersambung…
Wirduna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan Anda