Selasa, 23 Maret 2010

Polling Rektor Unsyiah “Kepentingan?”


Wirduna
Pergantian pemimpin memang suatu hal yang tak asing lagi dalam berbagai lembaga. Semua lembaga mempunyai prinsip yang diatur norma dan ketentuan-ketetuan baku yang merupakan hasil musyawarah atau sering disebut dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Begitu juga dengan sistem yang ada di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Tinggal menghitung jari pemilihan rektor Unsyiah akan segera berlangsung. Diisukan mekanisme pemilihan rektor tahun ini tak beda dengan mekanisme periode sebelumnya. Dengan ketentuan bahwa rektor hanya dipilih oleh anggota senat Unsyiah saja, mereka adalah dosen-dosen yang menjadi delegasi di setiap fakultas.

Menjelang pemilihan rektor dengan mekanisme yang telah ditatapkap itu, muncul isu hangat di kalangan aktivis mahasiswa dan para dosen. Di kalangan mahasiswa menyuarakan agar pemilihan rektor tidak hanya dipilih oleh anggota senat. Namun, aspirasi para aktivis tersebut harus kandas dengan ketentuan baku nasional.
Menyingkapi hal itu, Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Unsyiah membuat sebuah terobosan baru untuk pemilihan rektor kali ini. Yaitu dengan melakukan polling pemilihan rektor. Polling ini dengan mengambil sampel 5 persen dari keseluruhan keluarga besar Unsyiah dengan jumlah 1.556 orang yang dipilih secara acak. Semua itu terdiri dari 785 kalangan mahasiswa, 80 orang dosen dan 30 orang karyawan. Hasil polling ini baru akan di umumkan secara terbuka pada Kamis, 5 Maret 2010. (serambi, (11/3).
Sebagain dosen dan mahasiswa mengawatirkan pelaksanaan polling tersebut, menurut mereka akan berdampak terhadap konflik horizontal di internal Unsyiah. Apakah ada kepentingan dibalik ini?
Pasalnya, polling pemilihan rektor ini tidak hanya dilakukan oleh Pemeritah Mahasiswa (PEMA) saja, akan tetapi berapa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas juga melakukan polling terhadap pemilihan rektor, beberapa hari lalu saya sempat membaca spanduk yang dipajang di depan gedung AAC Dayan Dawood tentang polling rektor yang diprakasai oleh lima buah BEM Fakultas.
Polling ala BEM ini berbeda dengan metode yang dilakukan oleh PEMA. Metode yang dilakukan bukan dengan mengambil sampel dari keseluruhan populasi, akan tetapi mereka menggunakan metode SMS, layaknya yang dilakukan saat mendukung beberapa penyanyi dangdut yang mewakili Aceh di senayan dulu. Metode Polling seperti ini memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa untuk ikut memilih calon rektor atau denga bahasa lain membuka demokrasi kepada seluruh mahasiswa.
Adapun kandidat rektor yang akan berkopetensi untuk memperebutkan kursi panas Unsyiah itu adalah Prof. Dr. Darni M. Daud, M. A. (rektor Unsyiah sekarang/guru besar FKIP), Prof. Dr. Said Muhammad, M. A. (guru besar Fakultas Ekonomi), Prof. Dr. Raja Masbar, M. Sc. (Dekan/guru besar FE), dr. Syahrul. Sp. S. (Dekan Fakultas Kedoktoran) dan disaying oleh Dr. Mustanil, M, Sc. yang sekarang sebagai Dekan MIPA.
Polling rektor di Unsyiah ini belum pernah dilakukan di universitas lain, pasalnya dari kalangan mahasiswa itu sendiri ada dua buah lembaga polling, yaitu dari aktivis Pemerintah Mahasiswa (PEMA) dan beberapa BEM Fakultas. Metodenya pun tidak sama, namun yang menjadi tanda tanya besar apa ada kepentingan kah dibalik semua ini, ataukah memang keinginan hati nurani para aktivis mahasiswa untuk memberikan potret calon pemimpin Unsyiah empat tahun mendatang agar senat tidak salah memilihnya.
Semua bisa terjadi dan semua dapat berubah ‘tak ada yang abadi’. Semua orang mempunyai prisip, namun, bukan berarti tidak akan sirna, karena prinsip seseorang itu akan berubah bila ia mempunyai suatu kepentingan dan prinsip juga kan goyah bila ia mendapatkan penekanan.
Dua buah kemukinan di atas bisa saja terjadi pada siapa saja, bahkan kaum yang menguarakannya juga akan meretak ediologi.
Semoga potret di atas tidak terjadi pada kalangan intelektual muda kita. Masyarakat selama ini masih memberikan kepercayaan kepada kaum intelektual muda untuk menyuarakan nasip bangsa yang diinjak oleh ketidakberdayaan, kurang perhatian pemerintah dan banyak hal lain yang digantungkan kepada mahasiswa. Mari kita berpikir kritis, menatap masa depan bersama dan tidak terintervensi oleh kepentinagn politik semata. Pemimpin boleh saja berganti, namun biarkan itu terjadi dengan kemurnian nyata.

Penulis, Ketua Umum Gelanggang Mahasiswa Sastra Indonesia (Gemasastrin) FKIP Unsyiah





1 komentar:

Pesan Anda